Selasa, 18 November 2014

Makalah Bioinsektisida



LAPORAN PRAKTIKUM SAINS
PENGARUH VOLUME ALKOHOL TERHADAP KEEFEKTIFAN BIOINSEKTISIDA

Disusun oleh :
Brama Dwi Mahendra
Faqih Syahputra Mulyadi
Krismansyah Ragil
Maulana Naufal Ar’rasyid
Moh. Kapita Umbasan

SMA TRIMURTI SURABAYA
JL. Gubernur Suryo No 2

2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
      Nyamuk merupakan serangga yang banyak menimbulkan masalah bagi manusia. Selain gigitan dan dengungannya yang mengganggu, nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah,dan chikungunya (Farida, 2008).
      Menurut Arixs (2008), berbagai penyakit disebar oleh tidak kurang dari 2.500 spesies nyamuk. Ada yang menyebabkan penyakit berbahaya seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.) dan malaria (anopheles), akan tetapi yang umum berkeliaran di rumah tempat tinggal adalah nyamuk Culex tarsalis yang gigitannya menyebabkan gatal. Menurut Borroretal(1996), Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue, penyebab penyakit demam berdarah juga pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.
      Wilayah penyebaran nyamuk itu sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti L. Bersama Aedes albopictus merupakan pembawa utama (primary vector) siklus penyebaran dengue di wilayah pedesaan dan perkotaan. Demam berdarah di Indonesia sudah menjadi kejadian luar biasa setiap musim penghujan tiba. Bahkan beberapa daerah di Indonesia telah menjadi daerah endemik langganan demam berdarah.
      Vaksin untuk mencegah demam berdarah Dengue atau DBD sampai saat ini belum ditemukan, oleh karena itu pencegahan terhadap virus dengue lebih diutamakan dengan membasmi vektor pembawa virus, yaitu nyamuk Aedes aegypti L. (Suharmiati dan Lestari, 2007).
Pengendalian nyamuk yang sering dilakukan yaitu dengan melakukan penyemprotan (fogging) dengan menggunakan bahan kimiawi yang menimbulkan efek negatif baik bagi lingkungan maupun manusia serta hewan lain yang bukan termasuk target yang akan dibasmi
Berdasarkan hal di atas perlu segera dicari alternatif metode pengendalian vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang aman terhadap pemakai dan lingkungan sekitar. Salah satu alternatif yang cukup potensial adalah bahan insektisida dari tumbuhan (Insektisida Nabati). Insektisida nabati umumnya bersifat lebih selektif dibandingkan insektisida kimiawi dan juga tidak mencemari
lingkungan karena mudah didegradasi oleh alam.
      Tumbuhan insektisida nabati adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hama serangga. Contoh tumbuhan ini di antaranya piretrum (krisan), babadotan, bengkuang, bitung, jeringau, saga, serai, sirih, sirsak, dan srikaya. Penggunaan insektisida nabati khususnya ekstrak daun sirih untuk membasmi larva instar III nyamuk Aedes aegypti L. perlu dikaji lebih mendalam karena memiliki daya guna untuk membasmi nyamuk pada stadium larva, selain itu diharapkan dengan penelitian ini penggunaan obat nyamuk sintetik dapat di kurangi atau digantikan dengan ekstrak daun sirih yang lebih aman terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan serta mudah cara membuatnya.
B.     Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah yang ada diantaranya adalah sebagai berikut:
1.)    Bagaimana pengaruh volume alkohol terhadap keefektifan bioinsektisida dari daun sirih?

C.    Tujuan Penelitian
      Praktikum ini bertujuan untuk:
1.)    Untuk mengetahui pengaruh volume alkohol terhadap keefektifan bioinsektisida dari daun sirih


D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada mayarakat dalam memanfaatkan daun sirih sebagai obat nabati pembasmi larva nyamuk Aedes aegypti L. karena selain biaya yang lebih murah, mudah dibuat, aman juga bahan alaminya tidak menimbulkan efek negatif baik pengguna maupun lingkungan. Diharapkan juga dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap obat nyamuk kimiawi untuk berganti ke obat nyamuk nabati.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.  Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan. Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya. Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida dan/atau insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu ekosistem perairan.


B.  Bioinsektisida
Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas lainnya yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman. Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida.
 Alternatif ini dianggap perlu karena kandungan residu insektisida sintetik yang dianggap dapat berakibat fatal, bukan hanya terhadap kesehatan tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang diekspor. Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon).
C.  Daun Sirih
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.
Kandungan dari daun sirih yaitu minyak atsiri, minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (BetIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
D.  Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah semakin besar volume alkohol maka semakin efektif  bioinsektisida dari ekstrak daun sirih.



BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Tempat dan waktu penelitian
      Tempat                : Laboratorium kimia SMA Trimurti Surabaya
      Waktu Penelitian :
      Ø  Selasa, 11 Oktober 2014 (Tahap pencampuran daun sirih dengan alkohol)
      Ø  Rabu, 22 Oktober 2014 (Tahap pemanasan filtrat daun sirih)
      Ø  Rabu, 29 Oktober 2014 (Tahap uji coba keefektifan bioinsektisida)

B.     Alat dan Bahan
Alat :
      ·         Gelas plastik kecil
      ·         Blender
      ·         Pemanas (Oven)
      ·         Tampah
      ·         Botol kaca 3 buah
      ·         Pipet tetes
      ·         Kertas Saring
      ·         Plastik transparan
      ·         Corong
      ·         Gelas ukur

Bahan :
      ·         Daun sirih 15 gram
      ·         Alkohol  95% 60 ml



C.    Variabel Penelitian
      Ø  Variabel Kontrol:
          Jenis daun sirih, massa daun sirih, kadar alkohol, waktu penyimpanan dan pemanasan, volume ekstrak, volume aquades, jenis jentik dan jumlah jentik
      Ø  Variabel Manipulasi :
          Volume alkohol (10 ml, 20 ml, 30 ml)
      Ø  Variabel Respon :
          Jumlah jentik  nyamuk yang berkurang atau mati

D.    Prosedur
      a)      Cuci 15 gram daun sirih dalam ember, lalu tiriskan dan jemur di atas tampah yang kering
      b)      Daun sirih kering di blender hingga berbentuk serbuk
      c)      Masukkan serbuk daun sirih ke dalam botol kaca dan tambahkan alkhol 95%  sebanyak 10 ml, 20 ml dan 30 ml dimasing – masing botol kaca. Aduk dan diamkan 18 jam dalam keadaan tertutup.
      d)     Saring campuran daun sirih dan alkohol , lalu panaskan filtratnya selama 50 menit, lalu sesudah itu di dinginkan.
      e)      Hasil saringandi diamkan sekama seminggu
      f)       Ambil 10 ml ekstrak daun sirih. Kemudian tambahkan 10 ml aquades, lalu ambil 5 ml dari hasil pengenceran tersebut. Tuangkan ke dalam gelas yang berisi 5 jentik nyamuk

E.     Definisi Operasional
Keefektifan bioinsektisida dapat diamati melalui jumlah jentik nyamuk yang mati dalam kurun waktu tertentu.



BAB IV
HASIL PENELITIAN


A.    Data Pengamatan

Wadah
Vol. alkohol
Waktu (menit ke - .... )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
10 ml
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B
20 ml
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
C
30 ml
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1

B.     Analisis Data

          Telah dilakukan penelitian tentang keefektifan bioinsektisida di lab kimia SMA Trimurti Surabaya. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pencampuran dengan alkohol, tahap pemanasan dan tahap uji coba keefektifan bioinsektisida.
          Pada tahap pertama yaitu pencampuran ekstrak daun sirih dengan alkohol. Pada tahap ini ekstrak daun sirih yang berbentuk serbuk dicampurkan dengan alkohol dalam 3 wadah berbeda. Tahap ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang masih terdapat di dalam daun sirih
          Pada tahap kedua yaitu proses pemanasan. Pada tahap ini campuran ekstrak daun sirih dengan alkohol akan dipanaskan di dalam pemanasan. Dengan  pemanasan, zat aktif dalam suatu tanaman yang tidak tahan panas dapat berubah strukturnya karena terurai menjadi bentuk lain sehingga dapat juga merubah atau mengurangi aktivitasnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemekatan ekstrak daun sirih (piper betle Linn) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
          Pada tahap ketiga yaitu ujicoba keefektifan bioinsektisida terhadap jentik nyamuk. Pada tahap ini filtratnya ekstrak daun sirih akan dituangkan ke dalam gelas yang berisi 5 ekor jentik nyamuk. Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif bioinsektisida yang diproduksi atau dibuat dalam penelitian.
          Pada tabel di atas dapat diketahui hasil penelitian ini, pada kolom A dengan alkohol 10 ml dari 1 menit hingga 10 menit tidak ada satu pun jentik nyamuk yang mati. Pada kolom B dengan alkohol 20 ml dari menit ke 1 sampai 10 pada menit ke 9 ada 1 jentik nyamuk yang mati. Pada kolom C dengan volume alkohol 30 ml dari menit 1 sampai 10 ada 2 jentik nyamuk yang mati yaitu pada menit ke-8 dan menit ke-10. Hal ini menunujukkan bahwa semakin banyak volume alkohol maka akan banyak membunuh jentik nyamuk, tetapi membutuh kan waktu berkisar antara 8 menit hingga 10 menit.





BAB V`
PENUTUP


A.    Kesimpulan 
      Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 
      Semakin besar volume alkohol dalam membuat bioinsektisida semakin efektif  pengaruh bioinsektisida dari daun sirih
B.     Saran
      Penggunaan insektisida nabati khususnya ekstrak daun sirih untuk membasmi larva instar III nyamuk Aedes aegypti L. perlu dikaji lebih mendalam karena memiliki daya guna untuk membasmi nyamuk pada stadium larva.
      Selain itu diharapkan dengan penelitian ini penggunaan obat nyamuk sintetik dapat dikurangi atau digantikan dengan ekstrak daun sirih yang lebih aman terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan serta mudah cara membuatnya.




DAFTAR PUSTAKA

Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat alami : Potensi dan Prospek Pengembangannya. http:/rudyct.tripod.com/sem2_012/hera_maheswari.htm.

Aminah, S. N. 1995. Evaluasi Tiga Jenis Tumbuhan Sebagai Insektisida dan Repelan Terhadap Nyamuk di Laboraturium. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor


LAMPIRAN




                     Menimbang massa daun sirih









            Memasukkan serbuk ke dalam botol




                    Mencampurkan aquades ke dalam botol



                    Memilah volume larutan





                    Memasukkan botol ke dalam  oven








           Memasukkan larutan bioinsektisida ke beaker glass
 




                    Mengukur larutan sebanyak 5 ml




                    Mengambil jentik-jentik nyamuk ke dalam toples








           Mencampurkan larutan ke dalam gelas
            yang berisi jentik nyamuk




                    Menunggu reaksi volume larutan terhadap
                    jentik nyamuk